Artikel Budaya - Hitungan Tegal 1–100
Bahasa Tegal memiliki kekayaan bunyi dan logika yang khas, termasuk dalam cara masyarakatnya menghitung bilangan dari satu hingga seratus. Meski berakar dari bahasa Jawa, sistem hitungan Tegal menampilkan keunikan tersendiri yang membedakannya dari dialek Jawa Tengah atau Jawa Timur. Ada beberapa bentuk yang secara kaidah bahasa Jawa bisa dianggap “salah”, namun justru di situlah letak keotentikannya—karena begitulah orang Tegal menuturkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari “selikur” untuk dua puluh satu hingga “seket” untuk lima puluh, setiap penyebutan mencerminkan warisan tutur yang hidup dan diwariskan secara alami antar generasi.
Berikut adalah daftar hitungan dalam bahasa Tegal dari angka 1 hingga 100:
1=siji
2=loro
3=telu
4=papat
5=lima
6=enem
7=pitu
8=wolu
9=sanga
10=sepuluh
11=sewelas (bukan selas)
12=rolas (bukan lorolas)
13=telulas
14=patbelas (bukan papatlas)
15=limalas
16=enembelas (bukan enemlas)
17=pitulas
18=wolulas
19=sangalas
20=rongpuluh (bukan loropuluh)
21=selikur (bukan rongpuluh siji)
22=rolikur
23=telulikur
24=patblikur (bukan papatlikur)
25=selawe (bukan limalikur)
26=enemblikur (bukan enemlikur)
27=pitulikur
28=wolulikur
29=sangalikur
30=telungpuluh (bukan telupuluh)
31=telungpuluh siji
32=telungpuluh loro
33=telungpuluh telu
34=telungpuluh papat
35=telungpuluh lima
36=telungpuluh enem
37=telungpuluh pitu
38=telungpuluh wolu
39=telungpuluh sanga
40=patangpuluh (bukan papatpuluh)
41=patangpuluh siji
42=patangpuluh loro
43=patangpuluh telu
44=patangpuluh papat
45=patangpuluh lima
46=patangpuluh enem
47=patangpuluh pitu
48=patangpuluh wolu
49=patangpuluh sanga
50=seket (bukan limangpuluh)
51=seket siji
52=seket loro
53=sekettelu
54=seketpapat
55=seketlima
56=seketenem
57=seketpitu
58=seketwolu
59=seketsanga
60=sewidak (bukan enempuluh)
61=sewidaksiji
62=sewidakloro
63=sewidaktelu
64=sewidakpapat
65=sewidaklima
66=sewidakenem
67=sewidakpitu
68=sewidakwolu
69=sewidaksanga
70=pitungpuluh (bukan pitupuluh)
80=wolungpuluh (bukan wolupuluh)
90=sangangpuluh (bukan sangapuluh)
100=satus
Keunikan bahasa Tegal dalam hitungan ini tidak hanya terletak pada perbedaan lafal, tetapi juga pada struktur fonetik yang menyesuaikan dengan kebiasaan lidah masyarakatnya. Misalnya, bentuk seperti “patbelas” dan “rongpuluh” lebih mudah diucapkan dan terdengar lebih alami bagi penutur Tegal dibanding bentuk bakunya. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah berkembang sesuai dengan irama keseharian, bukan semata mengikuti pola yang ditetapkan oleh bahasa induknya.
Hitungan dalam bahasa Tegal bukan sekadar urutan angka, melainkan jejak budaya yang memperlihatkan cara berpikir, bernalar, dan berbahasa masyarakatnya. Perbedaan-perbedaan kecil seperti “patbelas” alih-alih “papatlas”, atau “rongpuluh” menggantikan “loropuluh”, mempertegas bahwa bahasa daerah berkembang bersama penuturnya dan tidak selalu tunduk pada aturan baku. Dengan mengenali dan melestarikan bentuk hitungan seperti ini, kita tidak hanya belajar angka, tetapi juga menjaga nyala identitas dan kekayaan bahasa Tegal yang unik dan penuh warna.