Artikel Budaya - Keunikan Bahasa Tegal: Peluluhan Imbuhan di
Bahasa Tegal merupakan salah satu dialek Jawa yang memiliki kekayaan ekspresi dan ciri khas tersendiri. Ia tumbuh dari tanah yang subur budaya, di mana tutur kata menjadi bagian dari identitas masyarakatnya. Dalam kesehariannya, orang Tegal berbicara dengan logat yang tegas namun bersahabat, lugas namun penuh rasa. Keunikan bahasa ini tidak hanya tampak dari pilihan kosakatanya yang khas, tetapi juga dari cara pembentukan katanya. Salah satu kekhasan menarik terdapat pada penggunaan imbuhan “di–” untuk membentuk kata kerja pasif. Ketika imbuhan ini bertemu dengan kata kerja yang diawali huruf vokal, huruf “i” pada “di–” sering kali hilang dan melebur dengan huruf depan kata tersebut, menghasilkan bunyi dan bentuk baru yang khas, seperti dambung dari diambung (dicium) atau duculna dari diuculna (dilepaskan).
Berikut beberapa contohnya
di+ambung = dambung = dicium
di+anjatna = danjatna = dinaikkan
di+aburna = daburna = diterbangkan
di+anggurna = danggurna = tidak diberi suguhan
di+arani = darani = diberi nama
di+inung = dinung = diminum
di+ingu = dingu = dipelihara
di+ijoli = dijoli = ditukar
di+inepna = dinepna = diinapkan
di+ilangna = dilangna = dihilangkan
di+uculna = duculna = dilepaskan
di+umbah = dumbah = dicuci
di+unggahna = dunggahna = dinaikkan
di+udhari = dudhari = dilepas (ikatan)
di+urak = durak = diusir
di+eplok = deplok = dimakan
di+ejeri = dejeri = dilarutkan (adonan dikasih air)
di+embil = dembil = dipetik
di+emut-emut = demut-emut = diingat-ingat
di+etung = detung = dihitung
di+obong = dobong = dibakar
di+odhol = dodhol = diurai, diulur
di+oncogi = doncogi = didatangi
di+oyok = doyok = dikejar
di+omongi = domongi = dimarahi
Fenomena peluluhan bunyi dalam imbuhan “di–” ini bukan sekadar perubahan fonetik semata, tetapi mencerminkan dinamika alami bahasa Tegal yang hidup dan terus berkembang dalam masyarakatnya. Ia menunjukkan bagaimana penutur menyesuaikan bahasa dengan kenyamanan artikulasi tanpa kehilangan makna. Kekhasan seperti ini menjadi bukti bahwa bahasa Tegal bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga warisan budaya yang patut dihargai dan dilestarikan. Melalui keunikan fonologi dan morfologinya, bahasa Tegal memperkaya khazanah linguistik Nusantara, sekaligus menegaskan betapa beragamnya cara masyarakat Indonesia mengekspresikan pikir dan rasa lewat bahasa ibu mereka.