Mantu Poci: Pesta Jiwa dari Tanah dan Harapan
Di tanah Tegal yang berhawa panas, ada sebuah upacara yang lahir dari kesabaran dan doa: Mantu Poci . Bukan pengantin dari daging dan darah, melainkan sepasang poci tanah —periuk yang disucikan oleh harapan. Keduanya berdiri bersanding di pelaminan, sebesar dada bumi yang menampung rindu, dihias bunga melati yang semerbak, seolah alam ikut menghadiri pernikahan simbolik itu. Mantu Poci bukan sekadar pesta. Ia adalah ungkapan batin dari pasangan suami istri yang telah lama menunggu buah hati, sebuah doa yang dijelmakan menjadi perayaan, tempat cinta diuapkan menjadi kidung gamelan. Layaknya pesta perkawinan manusia, orang-orang datang berduyun-duyun — ratusan, bahkan ribuan. Mereka membawa tawa, sajian, doa, dan amplop sumbangan yang diletakkan di kotak berbentuk rumah , seolah turut membangun harapan bagi rumah tangga yang menua tanpa tangis bayi. Namun, di balik riuh pesta itu, tersimpan makna yang dalam: bahwa mantu poci bukan sekadar meminta, melainkan merasakan diri tel...